CERPENKU

"ARTI  PERSAHABATAN" ( 6 September 1995 )

Beberapa bulan ini, aku amat berbeda dengan kebiasaanku sehari-hari.
Dulu aku adalah seorang yang amat pendiam.
Disekolah, biasanya aku hanya berdiam diri mendengarkan kawan-kawan
tertawa, bersenda gurau, bercerita apa saja tentang hidup ini.
Aneh memang, semenjak Anita menjadi sahabatku, aku kini menjadi periang,
dia seolah-olah segala-galanya bagi diriku.
Dia adalah siswa baru di sekolah kami, pindahan dari Banjarmasin yang kebetulan
oleh wali kelas kami diminta untuk duduk sebangku denganku.

" Gus, apa yang kamu lamunkan sepagi ini !? " sapanya tiba-tiba.
Terkejut aku dibuatnya, tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
" Agus ... , Agus " lanjutnya. " Tidak baik kita membiasakan diri melamun,
lebih baik kita nonton kawan-kawan pertandingan volley, yuk " katanya lagi.
Kebetulan hari ini ada pertandingan antar kelas.
" Malas, ah " jawabku seadanya. Sebenarnya aku merasa amat senang diajaknya,
tetapi aku masih ragu karena banyak teman-teman yang kelihatannya mulai tidak
senang melihat persahabatanku dengannya karena selain Anita orangnya pintar, ia
juga merupakan siswi yang paling cantik di sekolah kami.
Demikianlah awal dari persahabatan kami.

Alangkah terkejutnya aku, ketika ia mengatakan bahwa besok lusa ia akan berangkat
ke Surabaya dan pindah sekolah kesana mengikuti orang tuanya karena dipindah
tugaskan.
Tak sanggup rasanya aku menerima kenyataan ini, alangkah singkatnya persahabatanku
dengannya yaitu sekitar 2 bulan.

Rupanya ia mengerti perasaanku, " sudahlah Gus, persahabatan itu tidak mesti harus
terputus, hanya kita telah berjauhan tempat tinggal, kita tetap akan bersahabat  walaupun
hanya lewat surat " demikianlah ucapannya yang terakhir kudengar dengan begitu
indahnya sehingga mampu mengurangi rasa kesedihanku.

Anita, kau adalah sahabatku yang sesungguhnya.
Aku akan selalu berdoa semoga persahabatan kita terus akan berlanjut seperti yang 
pernah kau ucapkan padaku.

Anita, sungguh engkau mengerti arti persahabatan, dapat merasakan suka dan duka
yang dirasakan sahabatnya.



" KELAK AKAN KAU TEMUKAN JAWABNYA " ( 6 Sept 1995 )

" Armand, apakah kau repot sore ini " tanya Lisa.
" Engga juga, ada apa, penting ya " jawab Armand.
" Engga, aku hanya pingin ngajakmu pergi kerumah Leni sore ini, maukah kau menemaniku."
" O.K. lah, kapan aku kau jemput."
" Sekitar pukul empat, bagaimana ? "
" O.K. , O.K. "

Sore itu Armand dan Lisa pergi ke rumah Leni, naik vesva.
Armand bingung ketika Lisa memintanya untuk membelok ke arah jalan Kamboja padahal
rumah Leni di jalan Kemuning.
Armand diam saja tak bicara, " mungkin Lisa mau mampir ketempat lain dulu " pikirnya.

Sampai di tempat yang dimaksudkan, Lisapun mengetuk pintu dan keluarlah seorang wanita
sebayanya.
" Armand, kemari cepat ! " seru Lisa.
" Sebentar. "
" Ayolah, aku perkenalkan kau dengan sepupuku Leni. "
Armand terdiam sejenak karena ternyata ia salah paham, Leni yang dimaksudkan Lisa ternyata
bukan Leni teman sekolah mereka tapi Leni sepupunya Lisa.
Setelah sadar ia cepat-cepat menyodorkan tangannya untuk berkenalan.

" Di mana  kamu tinggal Armand ? " tanya Leni memulai percakapan setelah mereka duduk
di ruang tamu.
Lisa saat itu sedang di dapur, ngobrol dengan ibu Leni.
"Di jalan Ponegoro, no. 9. "
" Kamu satu kelas dengan Lisa, ya. "
" Iya, satu bangku. "
" Rupanya kalian sangat akrab, ya. "
" Eng...engga juga " sahut Armand ragu-ragu dan bingung.

Pertanyaan itu masih terus terngiang di telinganya ketika malam telah demikian larut, hanya
suara jangkrik yang menemani Armand.

Armand tak mengerti, kenapa ia menjawab pertanyaan itu penuh dengan keraguan padahal ia
sadar bahwa ia sangat akrab dengan Lisa.

Pabila wajah Leni terbayang dimatanya ada perasaan lain, ada getaran-getaran yang selalu
mengganggu, datang menggelitik rasa jiwa.
" Kenapa ia bertanya demikian dan kenapa pula aku menjawabnya seperti itu " tanya Armand
pada dirinya sendiri.
Entahlah, yang ditanya dan yang bertanya sama-sama tak mengerti.

Akhirnya Armand tertidur dengan sejuta tanyanya.
Dan semoga esok atau lusa kau akan temukan jawabnya, Armand !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar